
TERNATE- Tindakan Represif Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Ternate, terhadap wartawan yang melakukan peliputan aksi di Kantor Walikota Ternate, dinilai berlebihan. Buktinya, dua wartawan Peliputan Kota (Pelita) menjadi korban tindakan premanisme yang dilakukan Satpol PP Kota Ternate.
Kekerasan terhadap dua wartawan di Kota Ternate, kali ini menimpa jurnalis Tribunternate, Julfikram Suhardi, dan Anty Safar selaku jurnalis Halmaheraraya, yang menjadi korban tindakan brutal dari Satpol PP Kota Ternate, pada saat melakukan peliputan aksi Indonesia Gelap oleh mahasiswa di depan Kantor Walikota Ternate.
Pantauan Kalimatdot.com dilokasi kejadian, tindakan Satpol PP Kota Ternate, yang mengeroyok dua wartawan pada saat melakukan peliputan merupakan tindakan premanisme yang tumbuh subur di Institusi Satpol PP Kota Ternate. Tindakan Satpol PP Kota Ternate, ini hingga melukai dua wartawan yang sedang melakukan peliputan, dimana Julfikram yang juga wartawan Tributernate, yang dikeroyok mengalami lupa sobek di pelipis mata kanan, sedangkan anti wartawan Halmaheraraya, mengalami luka dibibir bagian bawah. “Saat saya hendak mengambil gambar, justru menjadi sasaran pengeroyokan,” kata Jul
Jul menceritakan, bahwa dirinya sedang mengambil gambar di tengah aksi yang mulai memanas, dimana saat itu massa dan aparat saling dorong, namun tiba-tiba tangannya dipukul. “Jangan dorong tangan saya, saya wartawan. Tapi tiba-tiba saya langsung dikeroyok, dipukul, diinjak, ditendang di bagian rusuk dan wajah,” jelas Jul
Kekerasan terhadap wartawan tidak berhenti disitu saja, tetapi wartawan yang kena pukulan dari Satpol PP Kota Ternate, yang bermental preman tersebut juga dialami Anti Safar, wartawan perempuan yang meliput di Kantor Walikota Ternate ini, juga mengalami tindakan yang serupa dari Satpol PP Kota Ternate. “Saat saya melihat Jul, teman kita di pukul, makanya saya melerai, tapi malah mengalami kekerasan serupa hingga bibir saya pecah,” kata Anty.
Insiden kekerasan terhadap jurnalis ini menjadi sorotan, terutama terkait kebebasan pers dan perlindungan wartawan di lapangan. Kejadian ini pun mendapat kecaman dari berbagai organisasi pers di Maluku Utara, termasuk Pers Liputan Kota (Pelita) Ternate, yang mendesak aparat untuk mengusut tuntas insiden ini serta memberikan sanksi tegas kepada pelaku. (tim)